Monday, December 26, 2011











Opening | 27 Dec 2011 | 19:00 WIB | 7 pm
Venue | Rumah Kelas Pagi Yogyakarta
Jl. Brigjen. Katamso - Prawirodirjan MG II /1226
Yogyakarta

Performance by in between magician: Kadir Risqiano

Exhibition I 28 Dec 2011 - 10 Jan 2012
Conversation | 7 Jan 2011 | 16:00 WIB | 4 pm

Programmer | Ruang MES 56
Partner | Kelas Pagi Yogyakarta
Media | jogjanews.com





IN BETWEEN

Dalam pameran kali ini, Legal Artist #3 akan mempersembahkan karya-karya Kurniadi Widodo dalam sebuah pameran berjudul ‘IN BETWEEN’. Disini Kurniadi Widodo akan memamerkan 10 karya yang akan dipresentasikan sebagai wallpaper di galeri. Dari sepuluh karya ini publik bisa melihat bagaimana seniman bisa mengekploitasi salah satu fitur terpenting dari fotografi, yaitu framing. Praktek framing yang ia lakukan merupakan kunci yang membedakannya dengan karya-karya yang dihasilkan fotografer lain. Kurniadi Widodo tidak mendasarkan diri pada hubungan-hubungan antar obyek yang terberikan, bahwa kenyataan tidak dia rekam sebagaimana adanya. Dialah yang mengatur 
hubungan-hubungan antar benda tersebut.


Coba amati bagaimana ia dengan sengaja mengambil angle tertentu sehingga sebuah tugu dan kebun jagung menjadi sebuah peristiwa baru yang seolah memiliki hubungan; atau bagaimana sebuah gambar kuda di tembok, kabel listrik dan bayangannya, dan batang-batang pohon menjadi sebuah kesatuan peristiwa. Dari kedua gambar diatas, kita bisa nyatakan bahwa hubungan-hubungan yang terjadi tidaklah ada begitu saja, tapi dengan sengaja diberikan dan dinyatakan oleh fotografernya. Begitupun jika kita liat pada karya-karya lainnya; kita akan minimal menyadari bahwa ada upaya aktif dari fotografernya untuk memberikan sebuah pemahaman baru atas kenyataan yang ia rekam tersebut.

Program Legal Artist Series ini tidak melulu soal seniman muda berbakat atau karya yang bagus, namun lebih jauh menuntut bahwa artist dan karya yang di pamerkannya harus memiliki kekuatan di inovasi, tradisi dan masa depan. Yang di pertimbangkan adalah bahwa praktek kesenian yang dijalankan memiliki akar yang kuat serta memiliki kemungkinan pengembangan, baik dari sisi wacana hingga teknik-artistiknya. Sedangkan inovasi yang aku maksud adalah pada penemuan cara-cara baru, subject matter serta estetika-estetika baru.

In Between dalam presentasinya mencoba meyakinkan publik, bahwa keraguan utk menjadikan karya seni lebih fungsional bisa diatasi dengan cara yang cerdas. Pilihan untuk menjadikan karya-karya dalam In Between ini menjadi wallpaper sebenarnya berangkat dari pemahaman bahwa teknologi dan material wallpaper ini udah jamak, dan kemungkinan-kemungkinan aplikasinya dalam fotografi juga bukan barang baru. Persoalannya hanya perlu mencari kemungkinan-kemungkinan artistik yang sesuai, disini Legal Artist Series memberikan penegasan bahwa teknik dan material ini acceptable... anda sendiri bisa menilainya.

/ Tentang Legal Artist Series
Legal Artist Series adalah Program yang digagas oleh Ruang MES 56 untuk melegalkan seniman yang dengan serius menggunakan medium fotografi sebagai alat untuk menyampaikan gagasan inovatif secara visual dan pengembangan dalam teknik presentasi, serta sebagai laboratorium seniman dalam interaksi ruang dan publiknya.

Legal artist Series #1 (2006), Beyond Coca-cola oleh Edwin Dolly Roseno, Kurator oleh Angki Purbandono
Legal Artist Series#2 (2009), Pingpong Education System oleh Anang Saptoto, Kurator oleh Angki Purbandono

/ Tentang Seniman
Kurniadi Widodo, lahir di Medan pada tahun 1985, mengenal dan mempelajari fotografi secara otodidak sejak tahun 2006 pada saat menempuh pendidikan di jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan di Universitas Gajah Mada (2003-2006), juga sempat kuliah di jurusan Fotografi di Akademi Desain Visi Yogyakarta (2006-2007), walau keduanya akhirnya ditinggalkan.

Dalam berkarya di bidang fotografi memilih jalur dokumenter, dengan ketertarikan utama pada pendokumentasian visual perkotaan dan isu-isu urban. Pada tahun 2010, bersama 7 orang fotografer muda lainnya membentuk Cephas Photo Forum, forum fotografi yang berfokus pada diskusi aktivitas fotografi. Saat ini tinggal dan bekerja sebagai fotografer lepas di Yogyakarta.





Leaflet pameran dapat diunduh pada tautan ini >> LEAFLET LEGAL ARTIST SERIES 3 IN BETWEEN BY KURNIADI WIDODO

Wednesday, November 16, 2011

[SEA] TERRITORIES OF THE REAL AND UNREAL: Photographic Practices In Contemporary Southeast Asian Art


[SEA] is a series of annual exhibitions and talks aimed at building a greater understanding of Southeast Asian contemporary art contexts and practices. The first exhibition in the series focuses on photography in Southeast Asian art. Territories of the Real and Unreal gathers selected bodies of work by 16 artists from around the region, in which photographic images and processes have been explored as powerful, accessible and yet often ambiguous means of expressing of our peculiar realities.



PARTICIPATING ARTISTS

Amanda Heng (SG) | Angki Purbandono (ID) | Davy Linggar (ID) | Gina Osterloh (PH/US) | Isa Lorenzo (PH)

Ismail Hashim (MY) | Julia Sarisetiati (ID) | Konrkrit Jianpinidnan (TH) | Lena Cobangbang (PH)

Manit Sriwanichpoom (TH) | Paul Kadarisman (ID) | Poklong Anading (PH) | Steve Tirona (PH)

Wimo Ambala Bayang (ID)| Yee I-Lann (MY) | Zhao Renhui (SG)


Projects

OPENING CEREMONY

Sunday, 27 November, 07:30 PM



***

EXHIBITION DATES

28 November 2011 - 21 January 2012



***

[SEA] TALKS SERIES

A whole day lecture & talk sessions will be held at LAF

Saturday, 10 December 2011

10:00 AM - 05:30 PM

[for registered participants]



SESSION 1:

Adeline Ooi and Beverly Yong

Guided tour with Q & A sessions

10:00 AM - 12:00 AM

-------------Lunch break------------

SESSION 2:

Patricia Levasseur de la Motte

From photojournalism to conceptual photography: The emergence of art photography in Cambodia, Myanmar, Singapore and Vietnam

01:00 PM - 03:00 PM

-------------Coffee break-----------

SESSION 3:

Zhuang Wubin

Independent photography in Southeast Asia since 1980

03:30 PM - 05:30 PM

For more info, or to register for the guided tour and talks, please contact Ms. Mala at +6281215500083 or info@langgengfoundation.org

Tuesday, October 25, 2011

Saturday, October 15, 2011

Artist's Conversation


    10 / oct / 2011




   Thanks for your time and your support guys,,,

   cheers

   photos by nanda / kelas pagi yogyakarta

Tuesday, October 11, 2011

Review | Exposure Magz


The First 3Point Award to Respect Consistent Contemporary Photographers











Last Saturday (10/8), the 2011 3Point Award photo exhibition was officially opened for public. Taking place at the house of Kelas Pagi Yogyakarta (KPY), Prawirodirjan, Yogyakarta, the exhibition presented three series of contemporary photography works by three young photographers—Doni Maulistya, Dito Yuwono, and Seto Hari Wibowo. The award and photo exhibition is presented by the collaboration of KPY, Lembaga Indonesia Perancis/LIP (Centre Culturel Francais/CCF), and Mes56—a leading contemporary photography community based in Yogyakarta.
Giving a speech during the opening ceremony, Doni Maulistya revealed that the award and the exhibition emphasizes not merely on the final result, but more on the creative process. “Hence, we highly hope that all visitors actively interact with us—the three photographers—to share the process we’ve gone through,” he suggested.
Been held for the first time ever, the 2011 3Point Award is presented to young contemporary photographers to respect and appreciate their consistency and activity in contemporary photography. This year’s award-winning photographers will then be the juries and curators for the coming year’s award giving. The award and photo exhibition is presented also to commemorate the Month of Photos to hold on November by LIP/CCF.

Photo: doc. of 3Point Award
Angki Purbandono, a renowned Indonesian contemporary photographer, who acted as this year’s curator (while members of Mes56 became the juries), emphasized that the award is the process the photographers has undergone themselves. “They (the photographers) presented their concept first, followed by next process which includes a 6-month sharing and other technical preparation,” he explained to Exposure magazine. “During the process, even in the curatorial phase, the photographers were actively involved.”

Left-right: Seto Hari, Angki Purbandono, Dito Yuwono, Doni Maulistya (photo: doc. of 3Point Award)
The result of the concept and process is then displayed in the photo exhibition; each artist presented their own unique, distinctive works. Doni Maulistya presented “Sudah Saatnya (It’s Time)”—a series of photographs depicting his effort of freeing himself from his hyper-communal family, Dito Yuwono came with a series of close-up portrait photos entitled “Have We Met?”, while Seto Hari Wibowo presented “Di Belakang (Behind)” which depicted a family’s kitchen as an intimate spot on the house.

Artist talk, October 10 (photo by Berto Gesit)
Speaking about next year’s award, Angki said, “We hope that this year’s winners will share their experience and process with the future winners.” Angki also optimistically said that the award aims to go national and even international. Hence, next year’s awarding and photo exhibition will take place in other potential cities. The 2011 3Point Award photo exhibition will be open for public to October 31. 

Sunday, October 9, 2011

Review | Jogjanews.com


Pameran Fotografi “3Point Award” Mes56, Dorong Konsistensi Fotografi Kontemporer Anak Muda


October 9th, 2011 | 18:37

Fungsi dapur tidak hanya dimanfaatkan sebagai ruang persiapan memasak dan proses memasak tetapi juga bisa menampilkan fungsi lain. Di Bromo, dapur kerapkali menjadi fungsi tempat bertemunya keluarga, teman atau siapa saja.
Suasana Pameran Fotografi "3point Award" oleh MES 56
di Rumah Kelas Pagi Jogja , Sabtu (8/10)
Bagi masyarakat tradisional Jawa, dapur juga biasa sebagai tempat menyimpan hewan ternak dan peralatan pertanian. Bahkan pada masyarakat pinggiran kota Jakarta, dapur melebur menjadi satu ruangan dengan ruang interaksi dan tempat tinggal sebuah keluarga.

Inilah yang terekam dalam karya fotografi Seto Hari Wibowo dalam Pameran Fotografi “3Point Award” MES 56 yang diselenggarakan di Rumah Kelas Pagi Jogja, Sabtu-Senin (8-31).
Seto hari Wibowo adalah salah satu dari tiga orang penerima 3point Award yang diselenggarakan MES  56 . Selain seto penerima 3point Award yang lain adalah Dito Yuwono dan Doni Maulistya.
Selain Seto dengan konsep fotografi “Di belakang”, dalam pameran fotografi yang didukung Jogjanews.com ini, Dito Yuwono menampilkan tema “Have Meet” sementara Doni Maulistya yang menampilkan konsep “Sudah Saatnya”.
3point Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada tiga orang muda atas konsistensinya di dalam aktifitas fotografi kontemporer.
Tujuannya adalah mempromosikan konsep dan kreatifitas fotografi kontemporer sebagai inspirasi untuk generasi muda yang konsisten dengan fotografi sebgai mediumnya.
Angki Purbandono, kurator pameran menuturkan 3Point Award adalah penghargaan yang sifatnya reguler yang diberikan terhadap sikap konsestensi anak muda di bawah 30 tahun yang aktif dengan eksperimental dan gagasan  dalam  fotografi yang lebih spesifik ke kontemporer.
“Penghargaan itu penting menurutku, konsistensinya dan regenerasinya ada pembuktian dan di situ diuji. Aku yakin award semacam ini akan menjadi regenerasi yang bagus dan sehat,” kata Angki, Sabtu (8/10) malam.
Proses penghargaan ini dimulai sekitar satu tahun lalu dan menariknya para penerima penghargaan tidak memiliki latar belakang pendidikan formal fotografi. Ketiganya memiliki aktifitas yang bermacam-macam mulai dari fotografi jurnalistik, eksperimen, dan riset.
“Padahal mereka aktifitasnya lebih dari tiga tahun dan tidak punya pendidikan formal fotografi. Ini yang patut kita menghargai supaya aktifitasnya dalam fotografi kontemporer selalu menjadi inspirasi bagi yang muda,” jelas Angki.
Tema yang ditampilkan berasal dari masing-masing fotografer dan kurator hanya mengembangkan dan mengkomparasi sesuai dengan pengalamannya sebagai seniman visual.
“Mereka lebih memperlihatkan teknologi yang berarti untuk orang lain apabila gagasan itu diolah dari pengalaman atau situasi sekitar mereka. Jadi, bukan aktifitas teknik ata cerita dongengya (dalam pameran ini) justru aktifitas mereka melihat realitas dulu lalu mengembangkannya,” ujar Angki.
Selain menampilkan 55 karya fotografi, ada agenda Artist Conversation di Rumah Kelas Pagi Yogyakarta, Senin (10/10) jam 4 sore. (Jogjanews.com/Anam)

Friday, October 7, 2011